Merenungi beberapa senja yang telah lewat, ada siluet memerah jingga di sana, juga langit yang digumuli cerita behuruf lontarak.
Debur obak beriuh merendah, memecah menyahut mengiyakan, waktu adalah cermin penampak rupa rupa yang taklagi sama ditiap gulirnya, oh ingatan, aku seperti puisi tanpa irama, tanpa konsonan vokal berpadu yang menjadikanku hanya tumpukan kata, tanpa makna, tanpa kesan, oh ingatan, senja kemarin ada sekulum rindu yang terpintal dan waktu menjadikannya gelungan tali temali penambang lupa , oh ingatan......aku tenggelam bersama senja-senja yang kularungi di tepi trotoar hari ini
Debur obak beriuh merendah, memecah menyahut mengiyakan, waktu adalah cermin penampak rupa rupa yang taklagi sama ditiap gulirnya, oh ingatan, aku seperti puisi tanpa irama, tanpa konsonan vokal berpadu yang menjadikanku hanya tumpukan kata, tanpa makna, tanpa kesan, oh ingatan, senja kemarin ada sekulum rindu yang terpintal dan waktu menjadikannya gelungan tali temali penambang lupa , oh ingatan......aku tenggelam bersama senja-senja yang kularungi di tepi trotoar hari ini
waktu adalah cermin penampak rupa rupa yang tak lagi sama di tiap gulirnya.... kalimat ini mengingatkanku pada bayang semu cermin yang tak mampu mengenang peristiwa dengan baik.... untungnya kepalaku pengenang handal hehehe
BalasHapusKalau begitu kita sama, saya bahkan pengenang handal apapun itu, bahkan terkadang saya menjadi "orang yang sedikit aneh" senyum-srnyum sendiri ketika mengingat-ingat waktu yang telah lewat, heheheh........
Hapus